Tafsir Surat Al-Fatihah bag 5 |
Allah Ta'ala berfirman:
مَـٰلِكِ یَوۡمِ ٱلدِّینِ
“Pemilik hari pembalasan” (QS. Al-Fatihah: 4).
(الدِّيْنِ) bisa bermakna pembalasan dan bisa bermakna amal ibadah (pelaksanaan agama Islam). Sedangkan dalam ayat yang mulia ini, (الدِّيْنِ) bermakna pembalasan. Sebagaimana tafsir Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma [1]. Sehingga ayat yang agung ini menunjukkan bahwa Allah (الدِّيْنِ) disifati dengan sifat pemilik hari pembalasan.
Dengan demikian, dari ayat kedua, ketiga dan keempat, Allah (الدِّيْنِ) disifati dengan Tuhan pemelihara seluruh alam, yang Maha Pengasih, yang Maha Penyayang, dan pemilik hari pembalasan.
Jalaluddin Al-Mahalli mengatakan,
مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ أَيْ الجَزَاءُ وَهُوَ يَوْمُ القِيَامَةِ وَخُصَّ بِالذِّكْرِ لِأَنَّهُ لاَ مَلِكَ ظَاهِرًا فِيْهِ لِأَحَدٍ إِلاَّ الله ُتَعَالَى بِدَلِيْلٍ { لِمَنِ المُلْكُ اليَوْمَ للهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ } وَمَنْ قَرَأَ “ماَلِكِ” فَمَعْنَاهُ مَالِكُ الأَمْرِ كُلَّهُ فِي يَوْمِ القِيَامَةِ : أَوْ هُوَ مَوْصُوْفٌ بِذَلِكَ داَئِمًا كَ { غَافِرِ الذَّنْبِ } فَصَحَّ وُقُوْعُهُ صِفَةً لِلْمَعْرِفَةِ .
“(Yang menguasai hari pembalasan), yang dimaksud ad-diin adalah al-jazaa’ (hari pembalasan) di hari kiamat kelak. Lafaz yaumuddin disebutkan secara khusus karena di hari itu (hari kiamat) tiada seorang pun yang mempunyai kekuasaan (merajai), kecuali hanya Allah Ta’ala semata. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala yang menyatakan,
لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ۖ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
“Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Kepunyaan Allah Yang Mahaesa lagi Maha Mengalahkan.” (QS. Al-Mu’min: 16). Bagi yang membacanya dengan ‘maaliki’ maknanya menjadi ‘Dia Yang memiliki semua perkara di hari kiamat’. Atau Dia adalah Zat yang memiliki sifat ini secara terus menerus, perihalnya sama dengan sifat-sifat-Nya yang lain, yaitu seperti ayat,
غَافِرِ الذَّنْبِ
“Ghaafiridz dzanbi (Yang mengampuni dosa-dosa).” (QS. Al-Mu’min: 3). Dengan demikian maka lafaz “Maaliki Yaumiddiin” ini sah menjadi sifat bagi Allah, karena sudah ma’rifah (dikenal).”
Catatan dari Apa Yang Disampaikan Dalam Tafsir Jalalain
- "Maliki yaumid diin" berarti Allah adalah Yang menguasai dan memiliki segala perkara pada hari kiamat, yang juga dikenal sebagai hari pembalasan.
- Kata "ad-diin" dalam konteks ini mengacu pada hari pembalasan dan juga memiliki makna amal, seperti yang disebutkan dalam surah Al-Kafirun ayat keenam.
- Allah senantiasa (daa-iman) menguasai dan memiliki segala perkara pada hari kiamat, yang menunjukkan sifat-Nya yang Mahakuasa dan Pengendali sepenuhnya.
- Dengan demikian, "Maliki yaumid diin" adalah sifat dari Allah yang menunjukkan bahwa Dia adalah Yang menguasai hari pembalasan secara terus menerus. Ini adalah bagian dari pemahaman kita tentang Allah yang juga adalah Rabbul ‘aalamiin (Pemelihara seluruh alam), Ar-Rahmaan Ar-Rahiim (Maha Pengasih lagi Penyayang), dan Maaliki Yaumid diin (Yang Menguasai Hari Pembalasan). "Malik" berarti yang menguasai, sedangkan "maalik" berarti yang memiliki.
Dalil yang menunjukkan Allah itu Al-Malik (yang Maha Merajai) adalah ayat,
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ
“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja.” (QS. Al-Hasyr: 23)
Baca juga :
Dalil yang menunjukkan Allah itu Al-Maalik (yang Maha Memiliki) adalah ayat,
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali ‘Imran: 26)
Rahasia dikhususkannya kepemilikan Allah terhadap hari pembalasan
Allah Ta’ala adalah pemilik segala sesuatu, baik hari pembalasan maupun selainnya. Namun, dikhususkannya kepemilikan Allah Ta’ala terhadap hari pembalasan karena sangat tampak kepemilikan dan kekuasan Allah Ta’ala atas segala sesuatu saat hari pembalasan. Hal ini sebagaimana tafsir Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma terhadap ayat ini yang disebutkan dalam tafsir Ath-Thabari Rahimahullah,
“Tidak ada satu pun selain Allah yang memiliki keputusan hukum di hari pembalasan tersebut, seperti raja mereka sewaktu di dunia.”
Beliau Radhiyallahu ‘anhuma juga berkata,
“Hari perhitungan amalan makhluk, yaitu hari kiamat. Allah membalas mereka sesuai dengan amalan mereka. Jika amalan mereka baik, maka baik pula balasannya. Namun, jika amalan mereka buruk, maka buruk pula balasannya, kecuali jika hamba yang Allah Ta’ala maafkan. Sehingga semua urusan kembali kepada keputusan-Nya.”
Allah itu menguasai segala sesuatu, lantas kenapa hanya disebut Yang Menguasai hari pembalasan?
Firman Allah Ta’ala Maaliki Yaumid Diin, Al-Maalik adalah yang disifati dengan sifat memiliki yang memerintah dan melarang, memberikan pahala dan hukuman, mengatur segala yang dikuasainya dengan segala bentuk pengaturan dan pemilikan hingga yaumiddin, yaitu hari kiamat, hari ketika seluruh manusia dibalas, yang baik maupun yang buruk. Karena pada hari itu akan ditampakkan amal mereka sejelas-jelasnya, ditampakkan pula kesempurnaan kekuasaan, keadilan, dan hikmah-Nya. Pada hari kiamat, tidak ada lagi satu makhluk yang memiliki kerajaan. Sehingga, pada hari tersebut semua makhluk, baik para raja, rakyat jelata, hamba sahaya dan orang-orang merdeka, semuanya sama derajatnya di sisi Allah. Semuanya tunduk di bawah keagungan dan kemuliaan-Nya. Semuanya menanti keputusan Allah, mengharap pahala-Nya, dan takut terhadap balasan-Nya. Maka, disebut yaumiddin secara khusus, agar tidak bermakna lain. Karena selain penguasa hari pembalasan, Allah juga penguasa hari-hari yang lain. (Tafsir As-Sa’di, hlm. 25)
Baca juga:
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
وَتَخْصِيْصُ المَلِكِ بِيَوْمِ الدين لا ينفيه عما عداه، لأنه قد تقدم الإخبار بأنه رب العالمين، وذلك عام في الدنيا والآخرة، وإنما أضيف إلى يوم الدين لأنه لا يدعي أحد هنالك شيئا، ولا يتكلم أحد إلا بإذنه
“Allah Yang Menguasai dikaitkan dengan hari pembalasan disebutkan khusus dalam ayat ini, bukan berarti Allah tidak menguasai lainnya. Ayat ini sudah didahului dengan ‘Rabbul ‘aalamiin’ (Allah itu Rabb semesta alam), ini menunjukkan bahwa Allah itu berkuasa di dunia dan akhirat. Dalam ayat ini dikhususkan pada yaumid diin (hari pembalasan, hari kiamat). Pada hari kiamat, tidak ada yang dapat menyeru dan berbicara melainkan dengan izin Allah.”
Ibnu ‘Abbas berkata tentang Maaliki Yaumid Diin,
لا يملك أحد في ذلك اليوم معه حكما، كملكهم في الدنيا. قال: ويوم الدين يوم الحساب للخلائق، وهو يوم القيامة يدينهم بأعمالهم إن خيرًا فخير وإن شرًا فشر، إلا من عفا عنه. وكذلك قال غيره من الصحابة والتابعين والسلف، وهو ظاهر
“Pada hari kiamat, tidak ada seorang pun yang bisa menghakimi seperti ketika ia memiliki kekuasaan (kerajaan) di dunia.”
Ibnu ‘Abbas berkata, “Yaumud diin adalah yaumul hisaab, yaitu hari setiap makhluk dihisab, yakni pada hari kiamat. Amalan setiap orang akan dibalas. Jika itu amalan baik, akan dibalas kebaikan. Jika itu amalan jelek, akan dibalas kejelekan. Hal ini dikecualikan jika kesalahannya telah dimaafkan.” Pendapat semacam ini dikatakan oleh para sahabat, tabiin, dan salaf lainnya. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 1:203-204)
Faedah Ayat Keempat
- Penetapan kekuasaan (kerajaan) bagi Allah.
- Hari berbangkit dan hari pembalasan itu ada.
- Kita didorong untuk semangat beramal karena setiap yang beramal akan dibalas pada hari kiamat.
- Dikhususkan Allah itu Maalik (Yang Menguasai) hari pembalasan (yaumid diin) karena: (a) agung dan menakutkannya hari kiamat; (b) Allah itu bersendirian dalam menetapkan keputusan, tidak ada sama sekali yang berkuasa saat itu selain Allah. Demikian penjelasan dari Syaikh Musthafa Al-‘Adawi.
Faedah dari ayat kedua, ketiga, dan keempat
Ayat kedua membuahkan ibadah cinta kepada Allah Ta’ala. Ayat ketiga membuahkan ibadah harap kepada Allah Ta’ala. Ayat keempat membuahkan ibadah takut kepada Allah Ta’ala. Dengan demikian, menghayati Al-Fatihah membuahkan tiga rukun ibadah hati dan penggeraknya, yaitu: ibadah berupa rasa cinta, harap, takut kepada Allah Ta’ala semata.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata,
اعلم أن محركات القلوب إلى الله عز وجل ثلاثة: المحبة، والخوف، والرجاء. وأقواها المحبة، وهي مقصودة تراد لذاتها؛ لأنها تراد في الدنيا والآخرة بخلاف الخوف فإنه يزول في الآخرة
“Ketahuilah, bahwa penggerak hati menuju kepada Allah ‘Azza wa jalla itu ada tiga, yaitu: cinta, takut, dan harap. (Penggerak) yang terkuat adalah cinta. Cinta (kepada Allah) itu menjadi tujuan karena bentuknya ada di dunia dan di akhirat. Lain halnya dengan takut. Rasa takut kepada Allah Ta’ala akan hilang di akhirat (surga).”
Referensi:
- Tafsir Ath-Thabari
- At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Tafsir Surah Al-Baqarah fii Sual wa Jawab. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi. Penerbit Maktabah Makkah.
- Tafsir Al-Jalalain. Cetakan kedua, Tahun 1422 H. Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Mahalli dan Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi. Ta’liq: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury. Penerbit Darus Salam.
- Tafsir Jalalain. Penerbit Pustaka Al-Kautsar
- Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
- Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma. Cetakan ketiga, Tahun 1424 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya.
- Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.