Biografi Imam Ibnu Katsir

Biografi Ibnu Katsir. Sumber Gambar: pecihitam.org


Biografi - Para pembaca yang berbahagia . . .

Pada masa khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan, Damaskus menjadi pusat pemerintahan yang sebelumnya berpusat di Kufah, Irak. Disamping itu, Damaskus juga menjadi kota ilmu. Madrasah-madrasah ilmu tumbuh dengan pesat di bawah bimbingan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah semisal Muhammad bin Syihab az-Zuhri, Makhul asy-Syami. Kemudian muncul generasi ulama setelahnya semisal Ibnu Qudamah al-Maqdisi, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayim al-Jauziyah, Ibnu Rajab al-Hanbali, Ibnu Katsir dll. Pada edisi kali ini kami akan mengupas secara ringkas biografi al-Hafizh Ibnu Katsir. Nama beliau tidak asing lagi di telinga kaum muslimin sebagai ulama ahli tafsir.

1. Nama dan Nasab

Nama lengkap dari Imam Ibnu Katsir adalah 'Imaduddin Abul Fida 'Isma'il bin 'Umar bin Katsir al-Qaisi al-Qurasyi ad-Dimasyqi. Selain dikenal sebagai seorang imam, beliau juga seorang al-Hafizh, sejarawan, mufassir, sekaligus pakar fiqih. Beliau dikenal dengan julukan Ibnu Katsir,' yaitu julukan yang disandarkan pada kakeknya yang bernama Katsir.

2. Kelahiran

Ibnu Katsir dilahirkan di Mijdal, sebuah desa yang terletak di timur Bashra, Damaskus, pada tahun 701 H. Ayahnya seorang khatib di kota itu. Setelah ayahnya meninggal dunia, Ibnu Katsir pindah ke Damaskus pada tahun707 H bersama saudaranya, Kamaluddin 'Abdul Wahhab.

3. Riwayat dalam Menuntut Ilmu

Ibnu Katsir hafal al-Qur-an dan mampu membacanya dengan bermacam-macam qira-at. Dia juga mendalami ilmu tafsir, ilmu fiqih, dan ilmu nahwu; beliau memfokuskan diri dalam menghafal matan-matan; serta mempelajari sanad-sanad, 'illat (cacat) hadits, perawi hadits, dan tarikb (sejarah). Alhasil, Ibnu Katsir sangat menonjol dalam bidang-bidang tersebut walaupun usianya masih remaja; bahkan beliau juga berfatwa, mengajar, dan memimpin diskusi.

4. Tingkatan dan Kedudukan Ilmiah

Kedudukan ilmiah Ibnu Katsir رحمه الله tampak dari materi-materi yang diajarkannya di madrasah-madrasah dan masjid-masjid. 

a. Mengajar di madrasah

Ibnu Katsir pernah mengajar di Madrasah al-Hadits Al-Asyrafiyyah selama beberapa waktu setelah meninggalnya as-Subki dan di Madrasah di Madrasah Ash-Shalihiyyah setelah meninggalnya adz-Dzahabi. Selain itu, beliau juga pernah mengajar di Madrasah An-Najibiyyah, Madrasah At-T ankiziyyah, dan Madrasah An-Nuriyyah Al-Kubra. Madrasah-madrasah tersebut merupakan temPat yang dituju oleh para penuntut ilmu yang berasal dari belahan Timur dan di Barat. Para pengajarnya memiliki kedudukan yang tinggi. Hanya Ulama Yang memiliki ilmu yang dalam dan pengetahuan yang luaslah yang dapat mengajar di sana. 

b. Mengajar di Masiid

Ibnu Katsir juga pernah memberikan pelajaran di al-Jami'  Al-Umawi, Masjid Ibnu Hisyam, Jami' Tankiz, dan Al-Jami' Al-Fuqani. Beliau pun menjadi khatib di masjid-masjid tersebut.

5. Pujian Para Ulama

Adz-Dzahabi berkata dalam Tadzkiratul Huffazh (IV/1508):

"Aku mendengar riwayat bersama al-Faqih al-Mufti al-Muhaddits yang memiliki berbagai keutamaan ... Ibnu Katsir memiliki perhatian khusus terhadap perawi hadits, matan-matan, dan fiqih. Beliau men-takhrij hadits, mengumpulkan hadits, memimpin diskusi, menulis buku dan menafsirkan al-Qur-an. Ia menonjol di segala bidang."

Adz-Dzahabi juga berkata dalam al-Mu'jamul Mukhtas, (hlm.86):

"Ibnu Katsir adalah seorang Imam hadits, faqih, dan ahli hadits yang sangat luar biasa ... Ia bahkan benar-benar seorang ahli fiqih yang mumpuni, ahli hadits yang kuat hafalannya, dan ahli tafsir yang kritis. Ia memiliki berbagai karya tulis yang bermanfaat.Ia menguasai ilmu fiqih; memahami bahasa Arab dan ilmu ushul; serta menghafal banyak matan, tafsir, dan perawi hadits. Ia mendengar hadits dariku dan ia memiliki hafalan yang kuat."

Ibnu Hubaib berkata, berdasarkan penukilan al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Inbaa-ul Ghamar (I/39) 

"Ibnu Katsir adalah seorang imam yang tekun bertasbih dan bertahlil; pemimpin ahli tafsir; dia mendengar, mengumpulkan, dan menulis hadits; ucapan-ucapannya akrab di telinga; dia meriwayatkan hadits dan menyampaikan ceramah; serta fatwa-fatwanya menyebar ke setiap penjuru negeri. Ia masyhur dengan kekuatan hafalan dan karya tulisnya, bahkan termasuk pakar dalam bidang tarikh, hadits, dan tafsir.

Abul Mahasin ad-Dimasyqi berkata dalam Dzail Tadzkiratul Huffaazh (hlm. 58): 

"Ibnu Katsir memberikan fatwa, mengajar, dan memimpin diskusi; mendalami ilmu fiqih, tafsir, dan nahwu; serta teliti dalam masalah perawi dan 'illat hadits."

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam ad-Durarul Kaaminah [1/400) dan Inbaa-ul Gbamar (1/39): 

"Ibnu Katsir adalah seorang yang luas wawasannya, enak dalam menyampaikan ilmu, karya-karyanya menyebar ke berbagai negeri pada masa hidupnya dan bermanfaat bagi masyarakat sepeninggalnya." 


Al-'Aini berkata, berdasarkan penukilan Ibnu Taghri Bardi dalam An-Nujuumuz Zaahirah (X1/123): 

"Ibnu Katsir menjadi teladan bagi para ulama dan huffazh (ahli hadits), juga menjadi rujukan bagi pakar bahasa Arab. Ia mendengar, mengumpulkan, dan menulis hadits. Beliau mengajarkan ilmu, menyampaikan hadits, dan menulis kitab.Ia memiliki penelitian yang luas dalam bidang hadits, tafsir, dan tarikh .Beliau terkenal karena kuat hafalannya dan banyak tulisannya; menjadi pakar dalam bidang tarikh, hadits, dan tafsir; serta mempunyai karya-karya yang bermanfaat."

 6. 'Aqidah dan Manhaj

Ibnu Katsir Rahimahulloh berpijak pada 'aqidah Salafush Shalih dan manhaj mereka. Sebagai buktinya adalah kitab Tafsiir-nya yang agung, di antaranya ialah penafsiran beliau terhadap firman Allah Ta'ala: 

اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى

Artinya : 

"(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy."


Ibnu Katsir berkata: 

"Kami menempuh jalan seperti yang telah ditempuh Salafush Shalih: Malik, Al-Auza'i, Ats-Tsauri, Al-Laits bin Sa'ad, Asy-Syafi'i, Ahmad, Ishaq bin Rahawaih, dan yang lainnya dari imam-imam kaum Muslimin, baik yang terdahulu maupun yang sekarang, tanpa takyiif (mempertanyakan bentuk, cara dan sifat Allah), tasybiih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya), dan ta'thiil (meniadakan sifat-sifat Allah). Makna lahiriah yang dipahami oleh orang-orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk (dari sebuah nash) tidaklah terdapat pada dzat Allah Ta'ala. Sebab, Allah Ta'ala itu tidak diserupai oleh sesuatu dari makhluk-Nya", sebagaimana firman-Nya:

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman dalam QS. Asy-Syuraa [42] Ayat ke 11 :


 ۗ  لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ‌ۚ  وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ


Artinya : 

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.

Pendapat ini merupakan pengaruh dari guru beliau, al-Imam  Muftil Anam Syaikhul lslam Taqiyuddin Abu 'Abbas Ibnu Taimiyyah semoga Allah menyucikan rohnya dan menerangi kuburnya. Ibnu Katsir Rahimahulloh memiliki perhatian khusus kepada gurunya itu, mengambil manfaat darinya, dan banyak mengikuti pendapat-pendapatnya.

Di antara kisah menarik tentang beliau ialah yang disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam ad-Durarul Kaaminah (1/60) 

"Terjadi perdebatan antara Ibnu Katsir dan Burhanuddin, Putera al-Imam Ibnul Qayyim dalam suatu masalah. Ibnu Katsir berkata: 'Apakah engkau membenciku karena aku seorang Penganut faham Asy'ari?' Burhanuddin menjawab: 'seandainya dari kepala hingga ujung kakimu dipenuhi rambut, niscaya orang-orang tetap tidak akan percaya bahwa engkau seorang Asy'ari, sebab gurumu adalah Ibnu Taimiyyah."'

Kesimpulannya, al-Hafizh Ibnu Katsir berpe gang pada 'aqidah Salaf, ahli hadits , dan ahli atsar (riwayat), serta beliau mengagungkan dalil.

Guru-Guru yang Paling Berpengaruh

Al-Imam Ibnu Katsir berguru kepada para ulama besar yang
terkenal. Di antara guru-gurunya yang paling berpengaruh adalah:
  1. Syaikhul Islam Abul 'Abbas Taqiyuddin Ahmad bin 'Abdul Halim bin'Abdus Salam Ibnu Taimiyah,meninggal pada tahun 728 H. 
  2. Abul 'Abbas, Ahmad bin Abu Thalib bin Na'mah bin Hasan bin 'Ali an-Najjar, yang dikenal dengan julukan Ibnusy Syahnah, meninggal pada tahun 730 H. 
  3. Al-Imam, al-Hafzh Muhadditsusy Syam, Abul Hajjaj Jamaluddin Yusuf bin az-Zaki 'Abdurrahman al-Mizzi, meninggal pada tahun 742H.Ibnu Katsir selalu menyertai beliau dan menikahi putrinya, Zainab.
  4. Al-Imam, al-'Allamah, al-Hafizh, al-Muhaddits, Muarrikhul Islam, Syamsuddin, Abu 'Abdullah, Muhammad bin Ahmad bin 'Utsman adz-Dzahabi, meninggal pada tahun 748 H.

Murid -Murid.

Di antara murid-murid al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahulloh adalah: 
  1. Abul 'Abbas, Ahmad bin Haji bin Musa bin Ahmad as-Sa'di, meninggal pada tahun 816 H. 
  2. Syihabuddin, Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad al-Hariri ad-Dimasyqi, meninggal pada tahun 765 H. 
  3. Abul Mahasin al-Husaini, Muhammad bin'Ali bin al-Hasan bin Hamzah bin Hamd ad-Dimasyqi, meninggal pada tahun 7 65 H.

Karya-karya 

Ibnu Katsir telah memperkaya perpustakaan Islam dengan berbagai karya tulisnya yang bermanfaat, di antaranya adalah: 
  • Ahaadiitsut Tauhiid war Radd 'alaa Ahlisy Syirk 
  • Ikhtishaar 'Uluumil Hadiits
  •  Al-Bidaayah wan Nihaayah
  • Tuhfatuth Thaalib bi Mukhtashar Ibnil Hajib
  • Tafsiirul Qur-aan al-'Azhiim
  •  Jaami'ul Masaaniid
  • Siirah 'Umar bin' Abdil 'Aziz
  •  Thabaqaatusy Syafi'iyyah
  • Al-Fushuul fii Siiratir Rasulullah shalallahu alaihi wassalam
  • Fadhaa-ilul Qur-aan
  • Musnad al-Faaruuq

Wafat

Ibnu Katsir Rahimahulloh meninggal dunia pada hari Kamis, 26 Sya'ban 774 H,di Damaskus. Jenazahnya dihadiri (disaksikan) banyak orang. Ia dimakamkan sesuai dengan wasiatnya, yaitu di dekat kuburan Syaikhul  Islam di pemakaman ash-shufiyah, di luar gerbang an-Nashr.

Referensi 

  • Abjadul 'Ulum karya Shiddiq Hasan Khan (III/89)
  • Al-A'laam karya al-Zirkali (I/317)
  • Inbaa-ul Ghamar karya al-Hafizh Ibnu Hajar (I/45)
  • Al-Badruth Thaali' karyaasy-Syaukani (I/153)
  • Tadzkiratul Huffadz karya adz-Dzahabi (IV/1508)
  • Ad-Daaris fii Taariikhil Madaaris karyaan-Nu'aimi (I/27)
  • Ad-Durarul Kaaminah karya al-Hafizh lbnu Hajar (I/399)
  • Dzail Thabaqaatil Huffazh karya al-Husaini (hlm. 57)
  • Dzail Thabaqaatil Huffazh karya as-Suyuthi (hlm. 361)
  • Ar-Raddul waafir karya Ibnu Nashiruddin ad-Dimasyqi (hlm. 48)
  • Syadzaraatudz Dzahab karya Ibnul 'Imad al-Hanbali (VI/231)
  •  Thabaqaatusy Syafi'iyah karya lbnul Qadhi Syahbah (hlm. 638)
  •  Mu'jamul Mu-allifiin karya 'Umar Ridha Kahalah (IIl/89)
  • Al-Mu'jamul Mukhtash karya adz-Dzahabi (hlm. 86)
  • Mifiaahus Sa'aadah karya Thasya Kubra Zadah (I/231)
  • An-Nujuumuz Zaahirah karya Ibnu Taghri Bardi (II/123-L24)
  • Hadiyyatul 'Aarifiin karya Isma'il Basya al-Baghdadi (I/215)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Become our Fan