Biografi Ibnu Hajar Al Asqalani

Biografi Ibnu Hajar Al-Asqalani. Sumber Gambar: Kalam.sindonews.com


Biografi - Pada akhir abad kedelapan Hijriyah dan pertengahan abad kesembilan Hijriyah, terjadi masa keemasan bagi para ulama dalam perkembangan madrasah, perpustakaan, dan halaqah ilmu, meskipun di tengah keguncangan sosial dan politik. Hal ini disebabkan karena penguasa pada masa itu memberikan perhatian besar terhadap pengembangan madrasah, perpustakaan, dan mendukung ulama dengan dukungan finansial dan kedudukan. Sebagai akibatnya, para ulama bersaing dalam menyebarkan ilmu melalui pengajaran dan penulisan karya ilmiah di berbagai bidang.

Salah satu ulama besar yang muncul pada masa ini dan masih dikenang hingga kini adalah Al-Haafizh Ibnu Hajar Al-'Asqalani. Berikut adalah biografi singkat beliau:

Kelahiran dan Nasab Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Ibnu Hajar Al-Asqalani, yang dijuluki sebagai Syaikhul Islam, memiliki nama lengkap yaitu Al-Hafizh Syihaabud Diin Abul Fadhl Ahmad bin 'Ali Al-Kinani. Asalnya dari 'Asqalan, tempat kelahirannya adalah di Mesir, dan dia tinggal di Kairo. Dia lebih dikenal dengan panggilan Ibnu Hajar, yang merujuk pada salah satu kakeknya.


Nama lengkap Ibnu Hajar adalah Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kannani Al-'Asqalani Al-Mishri. Beliau lahir pada bulan Syakban tahun 773 Hijriyah di tepi sungai Nil di Mesir kuno. (Referensi: Nazhm Al-'Uqiyaan Fi A'yaan Al-A'yaan, karya Imam As-Suyuthi halaman 45).

Gelar dan Kuniyah Ibnu Hajar Al-Asqalani. 

Beliau adalah seorang ulama besar yang mengikuti madzhab Syafi'i dan memiliki banyak gelar termasuk ketua para qadhi, syaikhul islam, hafizh Al-Muthlaq (seorang hafizh secara mutlak), amirul mukminin dalam bidang hadis. Beliau juga dikenal dengan nama panggilan Abu Al-Fadhl. Nama lengkapnya adalah Abul Hasan Ali dan lebih terkenal dengan nama Ibnu Hajar Nuruddin Asy-Syafi'i. Guru beliau, Burhanuddin Ibrahim Al-Abnasi, memberinya nama At-Taufiq dan menjaganya dalam tahqiq ilmu.

Sifat Ibnu Hajar Al-Asqalani 

Ibnu Hajar adalah seorang yang memiliki tinggi badan sedang, kulitnya berwarna putih, wajahnya bercahaya, tubuhnya indah, jenggotnya lebat dan berwarna putih, serta kumisnya pendek. Dia memiliki pendengaran dan penglihatan yang sehat, gigi yang kuat dan utuh, mulut yang kecil, tubuh yang kuat, berambisi tinggi, tubuhnya kurus, berbicara dengan lancar, suaranya lembut, sangat cerdas, pandai, mahir dalam bersyair, dan menjadi pemimpin pada masanya.

Pertumbuhan dan Belajarnya

Ibnu Hajar tumbuh sebagai yatim piatu setelah kehilangan ayahnya pada usia 4 tahun dan ibunya ketika ia masih sangat kecil. Ayahnya meninggal pada bulan Rajab tahun 777 H setelah berhaji dan mengunjungi Baitul Maqdis, dan Ibnu Hajar ikut bersamanya. Setelah kematian ayahnya, Ibnu Hajar diasuh oleh kakak tertuanya, Az-Zaki Al-Kharubi, yang kemudian meninggal juga. Sebelum meninggal, ayahnya berwasiat kepada kakak tertuanya, Abu Bakar Muhammad bin Ali bin Ahmad Al-Kharubi, yang adalah seorang saudagar kaya, untuk menjaga dan membantu adik-adiknya. Ibnu Hajar dibesarkan dengan penuh perhatian oleh kakaknya ini.

Pada usia lima tahun, Ibnu Hajar mulai menghafal Al-Quran di sebuah maktab (sejenis sekolah agama) dengan bantuan seorang guru bernama Syamsuddin bin Al-Alaf. Namun, dia belum berhasil menghafal Al-Quran hingga dia diajar oleh guru fakih dan pengajar sejati, Shadruddin Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq As-Safthi Al-Muqri'. Dia akhirnya berhasil mengkhatamkan hafalan Al-Quran pada usia sembilan tahun.

Ketika Ibnu Hajar berusia 12 tahun, dia ditunjuk sebagai imam shalat Tarawih di Masjidil Haram pada tahun 785 H. Selama tahun 784 H., dia menyertai pengasuhnya dalam perjalanan haji, dan setelah kembali ke Mesir pada tahun 786 H., Ibnu Hajar benar-benar fokus pada menuntut ilmu. Dia menghafal beberapa kitab induk, seperti Al-'Umdah Al-Ahkaam karya Abdulghani Al-Maqdisi, Al-Alfiyah fi Ulum Al-Hadits karya gurunya Al-Haafizh Al-Iraqi, Al-Haawi Ash-Shaghi karya Al-Qazwinir, Mukhtashar ibnu Al-Haajib fi Al-Ushul, dan Mulhatu Al-I’rob, serta banyak lagi.

Pertama-tama, dia memulai dengan meneliti kitab-kitab sejarah (tarikh) dan menghafal nama-nama perawi serta sejarah mereka. Kemudian, dia mempelajari sastra Arab pada tahun 792 H. dan menjadi pakar dalam bidang syair. Setelah itu, dia mulai menuntut ilmu hadits pada tahun 793 H., tetapi fokus penuh pada ilmu ini pada tahun 796 H. Dia belajar dengan tekun di bawah bimbingan Al-Hafizh Al-Iraqi, seorang ulama besar yang memiliki penguasaan yang luar biasa atas ilmu fikih, tafsir, hadits, dan bahasa Arab. Ibnu Hajar menyertai guru ini selama sepuluh tahun dan menjadi ulama sejati di bawah bimbingannya. Setelah kematian guru tersebut, Ibnu Hajar melanjutkan belajarnya dengan guru-guru lain, termasuk Nuruddin Al-Haitsami dan Imam Muhibbuddin Muhammad bin Yahya bin Al-Wahdawaih.

Ibnu Hajar juga melakukan perjalanan untuk menimba ilmu ke berbagai tempat, termasuk Syam, Hijaz, dan Yaman, sehingga ilmunya berkembang pesat dalam usia muda, dan mayoritas ulama zaman itu mengizinkannya untuk berfatwa dan mengajar. Dia mengajar di berbagai madrasah dan membuka majelis pengajaran hadits serta mengajar fikih di berbagai tempat, menjadi seorang ulama yang sangat dihormati dan diperlukan pada masanya.


Guru-Guru Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Al-Hafizh Ibnu Hajar sangat memperhatikan para gurunya dengan menyebut nama-nama mereka dalam banyak karya-karya ilmiahnya. Beliau menyebut nama-nama mereka dalam dua kitab, yaitu:

  • Al-Mu’jam Al-Muassis lil Mu’jam Al-Mufahris.
  • Al-Mu’jam Al-Mufahris.

Imam As-Sakhaawi membagi guru beliau menjadi tiga klasifikasi:

  • Guru yang beliau dengar hadits darinya walaupun hanya satu hadits
  • Guru yang memberikan ijazah kepada beliau
  • Guru yang beliau ambil ilmunya secara mudzkarah atau mendengar darinya khutbah atau karya ilmiahnya.

Guru beliau mencapai lebih dari 640an orang, sedangkan Ibnu Khalil Ad-Dimasyqi dalam kitab Jumaan Ad-Durar membagi para guru beliau dalam tiga bagian juga dan menyampaikan jumlahnya 639 orang.

Dalam kesempatan ini kami hanya menyampaikan beberapa saja dari mereka yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan keilmuan beliau agar tidak terlalu panjang biografi beliau ini.

Diantara para guru beliau tersebut adalah:

I. Bidang keilmuan Al-Qira’aat (ilmu Al-Quran):


  1. Syeikh Ibrahim bin Ahmad bin Abdulwahid bin Abdulmu`min bin ‘Ulwaan At-Tanukhi Al-Ba’li Ad-Dimasyqi (wafat tahun 800 H.) dikenal dengan Burhanuddin Asy-Syaami. Ibnu Hajar belajar dan membaca langsung kepada beliau sebagian Al-Quran, kitab Asy-Syathibiyah, Shahih Al-Bukhari, dan sebagian musnad dan Juz Al-Hadits. Syeikh Burhanuddin ini memberikan izin kepada Ibnu Hajar dalam fatwa dan pengajaran pada tahun 796 H.

II. Bidang ilmu Fikih:

  1. Syeikh Abu Hafsh Sirajuddin Umar bin Ruslaan bin Nushair bin Shalih Al-Kinaani Al-‘Asqalani Al-Bulqini Al-Mishri (wafat tahun 805 H) adalah seorang mujtahid, hafizh, dan ulama besar. Beliau memiliki karya ilmiah seperti "Mahaasin Al-Ish-thilaah Fi Al-Mushtholah" dan "Hawasyi ‘ala Ar-Raudhah," serta karya lainnya.
  2. Syeikh Umar bin Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Abdillah Al-Anshari Al-Andalusi Al-Mishri (wafat tahun 804 H) dikenal dengan Ibnu Al-Mulaqqin. Beliau merupakan salah satu ulama yang paling produktif pada zamannya. Beberapa karyanya termasuk "Al-I’laam Bi Fawaa`id ‘Umdah Al-Ahkam" (dicetak dalam 11 jilid) dan "Takhrij ahaadits Ar-Raafi’i" (dicetak dalam 6 jilid), serta "Syarah Shahih Al-Bukhari" dalam 20 jilid.
  3. Burhanuddin Abu Muhammad Ibrahim bin Musa bin Ayub Ibnu Abnaasi (725-782 H).

III. Bidang ilmu Ushul Al-Fikih:


  1. Syeikh Izzuddin Muhammad bin Abu Bakar bin Abdulaziz bin Muhammad bin Ibrahim bin Sa’dullah bin Jama’ah Al-Kinaani Al-Hamwi Al-Mishri (wafat tahun 819 H) dikenal dengan Ibnu Jama’ah. Beliau adalah seorang faqih, ushuli, muhaddits, ahli kalam, sastrawan, dan ahli nahwu. Ibnu Hajar menjalin hubungan dengan beliau mulai dari tahun 790 Hingga 819 H.

IV. Bidang ilmu Sastra Arab:

  1. Majduddin Abu Thaahir Muhammad bin Ya’qub bin Muhammad bin Ibrahim bin Umar Asy-Syairazi Al-Fairuzabadi (729-827 H) merupakan seorang ulama pakar sastra Arab yang sangat terkenal pada masanya.

V. Bidang hadits dan ilmunya:

  1. Zainuddin Abdurrahim bin Al-Husein bin Abdurrahman bin Abu Bakar bin Ibrahim Al-Mahraani Al-Iraqi (725-806 H).
  2. Nuruddin Abu Al-Hasan Ali bin Abu Bakar bin Sulaiman bin Abu Bakar bin Umar bin Shalih Al-Haitsami (735-807 H).
Selain beberapa yang telah disebutkan di atas, guru-guru Ibnu Hajar antara lain:
  1. Al-Iraqi, seorang yang sangat menguasai bidang hadits dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan hadits.
  2. Al-Haitsami, seorang yang hafal banyak matan-matan hadits.
  3. Al-Ghimari, seorang ahli bahasa Arab yang berkompeten dalam bahasa Arab.
  4. Al-Muhib bin Hisyam, seorang ulama yang cerdas.
  5. Al-Ghifari, seorang hafizh Al-Qur'an yang ulung.
  6. Al-Abnasi, seorang guru terkenal dalam mengajar dan memahamkan ilmu kepada orang lain.
  7. Al-Izzu bin Jamaah, seorang yang mahir dalam berbagai bidang ilmu.
  8. At-Tanukhi, seorang ahli qira'at yang memiliki sanad tinggi dalam ilmu qira'at.

Murid-Murid Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Kedudukan dan ilmu yang sangat luas serta mendalam yang dimiliki oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani menarik perhatian penuntut ilmu dari berbagai penjuru dunia. Lebih dari lima ratus murid belajar dari beliau, seperti yang disampaikan oleh murid beliau, Imam As-Sakhawi.

Beberapa murid terkenal beliau antara lain:

  1. Syeikh Ibrahim bin Ali bin Asy-Syeikh bin Burhanuddin bin Zhahiirah Al-Makki Asy-Syafi'i (wafat tahun 891 H.).
  2. Syeikh Ahmad bin Utsman bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdillah Al-Karmaani Al-Hanafi (wafat tahun 835 H.) yang juga dikenal sebagai Syihabuddin Abul Fathi Al-Kalutaani, seorang Muhaddits.
  3. Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hasan Al-Anshari Al-Khazraji (wafat tahun 875 H.) yang dikenal dengan Al-Hijaazi.
  4. Zakariya bin Muhammad bin Zakariya Al-Anshari (wafat tahun 926 H.).
  5. Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abu Bakar bin Utsman As-Sakhawi Asy-Syafi'i (wafat tahun 902 H.).
  6. Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Abdullah bin Fahd Al-Hasyimi Al-'Alawi Al-Makki (wafat tahun 871 H.).
  7. Burhanuddin Al-Baqa'i, penulis kitab Nuzhum Ad-Dhurar fi Tanasub Al-Ayi wa As-Suwar.
  8. Ibnu Al-Haidhari.
  9. At-Tafi bin Fahd Al-Makki.
  10. Al-Kamal bin Al-Hamam Al-Hanafi.
  11. Qasim bin Quthlubugha.
  12. Ibnu Taghri Bardi, penulis kitab Al-Manhal Ash-Shafi.
  13. Ibnu Quzni.
  14. Abul Fadhl bin Asy-Syihnah.
  15. Al-Muhib Al-Bakri.
  16. Ibnu Ash-Shairafi.
Mereka semua datang untuk menimba ilmu dari Ibnu Hajar Al-Asqalani, yang memiliki kedudukan dan ilmu yang sangat dihormati di kalangan ulama.

Sanjungan Para Ulama Terhadap Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Ibnu Hajar Al-Asqalani mendapat banyak pujian dan sanjungan dari para ulama sejawatnya. Sanjungan mereka begitu banyak dan tak terhingga. Berikut beberapa kutipan pujian yang diberikan oleh beberapa ulama terhadap Ibnu Hajar Al-Asqalani:
  • Al-Hafizh As-Sakhawi menyebut, "Adapun pujian para ulama terhadapnya, ketahuilah pujian mereka tidak dapat dihitung. Mereka memberikan pujian yang tak terkira jumlahnya, namun saya berusaha untuk menyebutkan sebagiannya sesuai dengan kemampuan."
  • Al-Iraqi menggambarkan Ibnu Hajar sebagai seorang syaikh, ulama yang alim, sempurna, mulia, muhhadits (ahli hadis), penuh manfaat, agung, Al-Hafizh, sangat bertakwa, dhabit (dapat dipercaya perkataannya), tsiqah (dapat dipercaya), amanah, dan berbagai atribut positif lainnya. Ia mencatat banyak kelebihan dan kemampuan Ibnu Hajar dalam bidang ilmu hadis serta pemahaman tentang nasikh (pembatal) dan mansukh (dibatalkan), serta kemampuannya membedakan antara rawi-rawi yang tsiqah (dapat dipercaya) dan yang dhaif (lemah). Selain itu, Ibnu Hajar banyak bertemu dengan para ahli hadis dan mengumpulkan ilmu dalam waktu yang relatif singkat.

Baca juga :

Sanjungan dan penghargaan yang diberikan oleh para ulama kepada Ibnu Hajar Al-Asqalani mencerminkan kedudukan dan pengaruh besar yang dimilikinya dalam dunia keilmuan Islam.

Karya Ilmiah Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Ibnu Hajar memiliki banyak karya tulis dalam berbagai bidang. Para peneliti menyimpulkan bahwa beliau memiliki hampir 300 karya tulis. Tulisan beliau yang paling masyhur adalah:

  • Ithaf Al-Mahrah bi Athraf Al-Asyrah.
  • An-Nukat Azh-Zhiraf ala Al-Athraf.
  • Ta’rif Ahli At-Taqdis bi Maratib Al-Maushufin bi At-Tadlis (Thaqabat Al-Mudallisin).
  • Taghliq At-Ta’liq.
  • At-Tamyiz fi Takhrij Ahadits Syarh Al-Wajiz (At-Talkhis Al-Habir).
  • Ad-Dirayah fi Takhrij Ahadits Al-Hidayah.
  • Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari.
  • Al-Qaul Al-Musaddad fi Adz-Dzabbi an Musnad Al-Imam Ahmad.
  • Al-Kafi Asy-Syafi fi Takhrij Ahadits Al-Kasyyaf.
  • Mukhtashar At-Targhib wa At-Tarhib.
  • Al-Mathalib Al-Aliyah bi Zawaid Al-Masanid Ats-Tsamaniyah.
  • Nukhbah Al-Fikri fi Mushthalah Ahli Al-Atsar.
  • Nuzhah An-Nazhar fi Taudhih Nukhbah Al-Fikr.
  • Komentar dan kritik atas kitab Ulum Hadits karya Ibnu As-Shalah.
  • Hadyu As-Sari Muqqadimah Fath Al-Bari.
  • Tabshir Al-Muntabash bi Tahrir Al-Musytabah.
  • Ta’jil Al-Manfaah bi Zawaid Rijal Al-Aimmah Al-Arba’ah.
  • Taqrib At-Tahdzib.
  • Tahdzib At-Tahdzib.
  • Lisan Al-Mizan.
  • Al-Ishabah fi Tamyiz Ash-Shahabah.
  • Inba’ Al-Ghamar bi Inba’ Al-Umur.
  • Ad-Durar Al-Kaminah fi A’yan Al-Miah Ats-Tsaminah.
  • Raf’ul Ishri ‘an Qudhat Mishra.
  • Bulughul Maram min Adillah Al-Ahkam.
  • Quwwatul Hujjaj fi Umum Al-Maghfirah Al-Hujjaj.

Wafatnya Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Setelah melalui masa-masa kehidupan yang penuh dengan kegiatan ilmiah dalam khidmah kepada ilmu dan berjihad menyebarkannya dengan beragam sarana yang ada. Ibnu Hajar jatuh sakit dirumahnya setelah ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai qadhi pada tanggal 25 Jumadal Akhir tahun 852 H. Dia adalah seorang yang selalu sibuk dengan mengarang dan mendatangi majelis-majelis taklim hingga pertama kali penyakit itu menjangkit yaitu pada bulan Dzulqa’dah tahun 852 H. Ketika ia sakit yang membawanya meninggal, ia berkata, “Ya Allah, bolehlah engkau tidak memberikanku kesehatan, tetapi janganlah engkau tidak memberikanku pengampunan.” Beliau berusaha menyembunyikan penyakitnya dan tetap menunaikan kewajibannya mengajar dan membacakan imla’. Namun penyakit tersebut semakin bertambah parah sehingga para tabib dan penguasa (umara) serta para Qadhi bolak balik menjenguk beliau. Sakit ini berlangsung lebih dari satu bulan kemudian beliau terkena diare yang sangat parah dengan mengeluarkan darah. Imam As-Sakhaawi berkata, “Saya mengira Allah telah memuliakan beliau dengan mati syahid, karena penyakit tha’un telah muncul. Kemudian pada malam sabtu tanggal 18 Dzulhijjah tahun 852 H. berselang dua jam setelah shalat isya’, orang-orang dan para sahabatnya berkerumun didekatnya menyaksikan hadirnya sakaratul maut.”

Hari itu adalah hari musibah yang sangat besar. Orang-orang menangisi kepergiannya sampai-sampai orang non muslim pun ikut meratapi kematian beliau. Pada hari itu pasar-pasar ditutup demi menyertai kepergiannya. Para pelayat yang datang pun sampai-sampai tidak dapat dihitung. Semua para pembesar dan pejabat kerajaan saat itu datang melayat dan bersama masyarakat yang banyak sekali menshalatkan jenazah beliau. Diperkirakan orang yang menshalatkan beliau lebih dari 50.000 orang dan Amirul Mukminin khalifah Al-Abbasiah mempersilahkan Al-Bulqini untuk menyalati Ibnu Hajar di Ar-Ramilah di luar kota Kairo. Jenazah beliau kemudian dipindah ke Al-Qarafah Ash-Shughra untuk dikubur di pekuburan Bani Al-Kharrubi yang berhadapan dengan masjid Ad-Dailami di antara makam Imam Syafi’i dengan Syaikh Muslim As-Silmi.

Referensi;

  • Muqaddimah kitab an-Nukaat ‘Ala ibni ash-Shalaah oleh Syeikh Prof. DR. Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali
  • Muqaddimah kitab Subul As-Salaam
  • Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan keempat, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Daar Ibnil Jauzi.
  • Kisah Ibnu Hajar dari Kisamuslim.Com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Become our Fan