Tafsir Surat Al-Fatihah |
Memahami Ayat Alhamdulillahi Rabbil ‘Aalamiin
Allah Ta'ala berfirman;
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam.
Jalaluddin Al-Mahally dalam Tafsir Al-Jalalain (hlm. 10) menyebutkan:
Lafaz ayat ini merupakan kalimat berita (jumlah khabariyyah) sebagai ungkapan pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Ta’ala yang memiliki semua pujian yang diungkapkan oleh semua hamba-Nya.
Atau makna yang dimaksud adalah Allah Ta’ala itu Dzat yang harus mereka puji.
Lafaz Allah merupakan nama bagi Dzat yang berhak untuk disembah.
Rabbul ‘aalamiin (Rabb semesta alam) artinya Allah adalah yang memiliki semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata, dan lainnya. Semua makhluk tadi disebut ‘aalam (‘aalamiin). Oleh karenanya, ada alam manusia, ada alam jin, dan lain sebagainya.
Lafaz al-‘aalamiin merupakan bentuk jamak dari lafaz ‘aalam yaitu dengan memakai huruf ya’ dan nun untuk menekankan makhluk berakal/ berilmu atas yang lainnya.
Kata ‘alam sendiri berarti tanda, berarti ‘alam itu tanda adanya yang menciptakan (yaitu Allah).
Sedangkan menurut Imam Ath-Thabari Rahimahullah.
(ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ) artinya segala pujian dan syukur yang sempurna hanya hak Allah Ta’ala. Hanya ditujukan kepada Allah Ta’ala semata. Pada kata al-hamdu terdapat alif lam yang menunjukkan seluruh bentuk pujian dan syukur yang sempurna. Imam ahli tafsir Ath-Thabari Rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya tentang makna alif lam ketika terdapat pada kata hamdu dengan mengatakan,
جميع المحامد والشّكر الكامل للّه
“Seluruh pujian dan syukur yang sempurna hanya untuk Allah semata.”
Allah dipuji dengan pujian yang sempurna dari segala sisi. Tidak ada aib sedikit pun aib bagi Allah Ta’ala dari segala sisi.
Al-hamdu sendiri memiliki makna,
وصف المحمود بالكمال مع المحبة والتعظيم
“Mensifati yang dipuji dengan kesempurnaan (dzat, sifat, dan perbuatan-Nya) disertai dengan mencintai-Nya dan mengagungkan-Nya.”
Dengan demikian, hakikat (ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ) adalah memuji Allah dengan pujian yang sempurna, disertai dengan mencintai-Nya dan mengagungkan-Nya. Itu semua didasari dengan keyakinan bahwa Allah Ta’ala itu sempurna, baik dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. Tidak ada satupun yang sama dengan-Nya.
Buah Penghayatan Ayat Ke dua
Buah penghayatan ayat kedua Buah menghayati ayat kedua adalah menghadirkan di dalam hati rasa cinta kepada Allah yang Mahasempurna dzat, sifat, dan perbuatan-Nya.(رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ) artinya pemelihara alam semesta dan seluruh makhluk.
Dua Pemeliharaan Allah Terhadap Makhluk
Pemeliharaan Allah terhadap makhluk dapat dibagi menjadi dua bentuk:
1. Pemeliharaan Umum.
Ini adalah pemeliharaan Allah terhadap seluruh makhluk-Nya dengan menciptakan mereka dan memberikan rezeki kepada mereka sehingga mereka dapat hidup di dunia ini. Allah adalah Rabbul 'Aalamiin, Pemelihara seluruh alam semesta, yang mencakup manusia, jin, malaikat, hewan, tumbuhan, dan semua makhluk lainnya.
2. Pemeliharaan Khusus.
Allah juga memberikan pemeliharaan khusus kepada wali-wali-Nya dan orang-orang yang dicintai-Nya. Ini mencakup pemberian keimanan, taufik (petunjuk), dan perlindungan dari segala yang dapat merusak keimanan mereka. Oleh karena itu, banyak doa para nabi menggunakan lafaz "Rabb" karena mereka menginginkan pemeliharaan dan pertolongan khusus dari Allah.
Menghayati ayat ini membantu kita memahami bahwa Allah adalah Rabb yang sempurna dan pemelihara alam semesta dan seluruh makhluk. Ini juga mengajarkan kita untuk mengembangkan rasa cinta kepada Allah yang Mahasempurna dalam segala aspek-Nya, dan mengingatkan kita akan pentingnya keimanan dan perlindungan Allah dalam hidup kita.
Makna Ar-Rabb
Makna "Ar-Rabb" mencakup tiga aspek penting:
1. Sang Pencipta.
Allah adalah Pencipta yang menghasilkan segala sesuatu dari ketiadaan. Dia adalah awal dari segala penciptaan.
2. Sang Pemilik.
Allah adalah Pemilik yang sah atas seluruh makhluk dan alam semesta. Semua yang ada milik-Nya sepenuhnya, dan makhluk hanya menjadi pemakai sementara.
3. Sang Pengatur
Allah adalah Pengatur yang mengendalikan dan mengatur seluruh makhluk-Nya. Dia menentukan takdir, hukum, dan ketentuan untuk alam semesta dan semua yang ada di dalamnya.
Kesimpulan tafsir ayat kedua.
Segala kesempurnaan pujian dan syukur hanya ditujukan kepada Allah semata, yang memelihara seluruh makhluk. Pujian dan syukur tersebut disertai dengan mencintai-Nya dan mengagungkan-Nya. Itu semua didasari dengan keyakinan bahwa Allah Ta’ala Maha sempurna dari segala sisi.
Beberapa catatan tambahan dari Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam tafsirnya
- Al-hamdu adalah sifat bagi yang dipuji dengan sempurna disertai al-mahabbah (kecintaan) dan at-ta’zhim (pengagungan). Allah itu sempurna dalam Dzat, sifat, dan perbuatan.
- Disebut al-hamdu jika Allah itu disifati dengan sifat sempurna disertai kecintaan dan pengagungan. Tanpa ada kecintaan dan pengagungan tidak disebut al-hamdu (memuji).
- Alif laam yang ada dalam kata al-hamdu menunjukkan istigh-raq, mencakup seluruh pujian. Artinya semua pujian itu memang milik Allah.
- Kalimat “lillahi”, huruf laam di situ menunjukkan ikhti-shash dan istih-qaq artinya berhak mendapat.
- Nama Allah adalah nama Rabb kita, tidak boleh selain-Nya bernama dengan nama Allah. Karena Allah itu al-ma’luh atau al-ma’bud, sesuatu yang disembah dengan penuh kecintaan dan pengagungan.
- Disebut Ar-Rabb jika memiliki tiga sifat yaitu mencipta, memiliki segala sesuatu, dan mengatur segala urusan. Allah itu disebut Ar-Rabb karena Dialah Al-Khaliq (Maha Mencipta), Al-Malik (Maha Merajai), Al-Mudabbir (Maha Mengatur).
- Segala sesuatu selain Allah adalah ‘aalam. Disebut ‘aalam karena sebagai tanda bahwa Sang Khaliq Itu Mahakuasa, Penuh hikmah, Maha Penyayang, Maha Perkasa, dan makna rububiyyah lainnya.
Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma, hlm. 12.
Faedah dari Alhamdu lillahi Rabbil ‘Aalamiin
- Penetapan pujian yang sempurna bagi Allah.
- Allah itu dipuji dari segala sisi.
Oleh karena itu dalam hadits Aisyah disebutkan sebagai berikut.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ ». وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ».
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila melihat hal yang ia sukai, beliau mengucapkan ‘ALHAMDULILLAHILLADZI BI NI’MATIHI TATIMMUSH SHOOLIHAAT’ (artinya: segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna). Lalu apabila mendapati hal yang ia tidak suka, beliau mengucapkan ‘ALHAMDU LILLAHI ‘ALA KULLI HAAL’ (artinya: segala puji bagi Allah untuk segala keadaan).’” (HR. Ibnu Majah, no. 3803. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Disebut dahulu “Allah” lalu “Rabbul ‘aalamin” menunjukkan bahwa sifat uluhiyah didahulukan dari sifat rububiyyah. Hal ini menunjukkan dua hal: (1) Allah adalah nama khusus bagi Allah, lalu nama lain adalah turunan dari nama Allah ini, (2) para rasul itu diutus untuk meluruskan tauhid uluhiyah yang telah menyimpang.
Sifat rububiyyah Allah itu mencakup seluruh ‘aalam.
Demikian faedah yang bisa ditarik dari Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma, hlm. 12-13.
Referensi:
- Tafsir Al-Jalalain.Cetakan kedua, Tahun 1422 H. Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Mahalli dan Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi. Ta’liq: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury. Penerbit Darus Salam.
- Tafsir Jalalain. Penerbit Pustaka Al-Kautsar
- Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma. Cetakan ketiga, Tahun 1424 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya.
- Tafsir Ath-Thabari