Kisah Sepotong Roti
Kisah Sepotong Roti |
Suatu ketika aku mengambil sepotong roti untuk aku memakannya, kemudian ketika hendak memakan roti itu roti itu berkata: Pelan-pelan wahai tuanku, sesungguhnya kamu tidaklah lapar, dan sungguh engkau telah memakan saudara-saudaku, apakah kamu ingin supaya aku bercerita tentang kisahku, sesungguhnya ceritaku ini asing dan aneh akan tetapi lezat juga.
Aku menjawab: Tentu saja ! Aku ingin mendengar kisahmu, aku tidak akan memakanmu sampai aku mendengarkan kisahmu darimu.
Roti itu berkata: Apakah kamu menyangka wahai tuanku! Bahwasanya aku kenapa aku tercipta seperti ini? Apakah kamu pernah mendengar roti yang tumbuh di kebun atau turun dari langit? Apabila kamu memakan ku dengan santai maka rizkimu akan datang dengan senang, akan tetapi aku senantiasa menanggung penderitaan karena kamu, aku keluar dari musibah ke musibah yang lainnya dan aku keluar dari penjara ke penjara lainnya sampai aku ditanganmu.
Aku akan menceritakannya kepadamu, aku dahulunya adalah biji gandum, aku bersama saudara-saudaraku didalam sebuah karung, maka datanglah kepada kami seorang laki-laki, lalu dia mengambilku bersama dengan teman-temanku, kemudian mereka menebarkan kami diatas tanah.
Di kebun aku melihat dunia dan sinar matahari mengenaiku dan aku sangat bahagia sekali, akan tetapi turunlah hujan, dan aku masuk ke dalam tanah, dan akhirnya aku terkubur di dalam tanah beberapa hari, dan mulai saat itu badanku membesar dan kulitku menyempitkan ku, Sampai kulitku robek, dan keluar darinya akar-akar yang kecil seperti rambut, kemudian keluar daun-daun yang kecil yang membelah tanah, dan muncul diatas tanah, bulir-bulir yang berdiri diatas tangkainya.
Kemudian aku menjadi bulir-bulir yang berwarna kuning di bawah panas matahari, Dan pada saat itu aku melihat teman-temanku dan kami bercakap-cakap dan bergoyang-goyang dengan riang gembira, dan hari-hari itu adalah hari-hari yang begitu indah.
Dan masa itu tidak lama, maka datanglah para laki-laki dengan membawa arit. Mereka memotong kami dan membawa kami, dan kami dibawa pindah ke tempat penggilingan dan aku tinggal di sana beberapa hari.
Dan ini termasuk hari-hari yang sangat berat, datanglah sapi jantan untuk menginjak-injak kami dengan kakinya dan berpisah lah aku dari bulir-bulir dan terlempar lah aku dengan penuh kehinaan.
Kemudian para laki-laki itu mengambil kami dan menampih kami diudar, maka sehingga berterbangan lah merang-merang itu dan tersisa lah biji gandum nya saja.
Dan ada yang lebih berat dari itu semua yaitu para laki-laki itu membawaku ke suatu alat yang berbentuk bundar yang terbuat dari batu, didalamnya terdapat lubang penggilingan, dan aku mendengar dia (alat itu) bersuara dengan keras yang menyebalkan dan bersuara gaduh, lalu orang itu menuangkan aku kedalamnya menumbukku hingga menjadi tepung, apakah kamu mengetahui nama alat itu wahai tuanku?. Alat tersebut yaitu roda penggilingan atau penggiling gandum.
Ketika aku sudah menjadi tepung pembuat roti mengambilku dan meletakkanku didalam alat pengaduk adonan, dan menyiramku dengan air murni, dan meremas-remas aku, sampai aku menjadi adonan, dan menjadikanku bola-bola.
Disana datanglah musibah, sungguh dia (sang pembuat roti) membentangkanku diatas besi yang dipanaskan mereka memberi nama alat itu dengan nama ath-thabiq (semacam wajan yang ceper), jangan bertanya wahai tuanku! Tentang rasa sakitku dan rasa panasku dan aku sungguh aku menjadi bengkok dan mengkerut-kerut, akan tetapi tukang roti itu tidak mau mengasihiku dan tidak berbelas kasihan kepadaku, sampai aku menjadi tipis.
Itu semua aku lakukan untukmu wahai tuanku, aku menderita demi kenikmatanmu dan aku menjadi lelah demi kelezatanmu, dan aku berpindah dari satu fase ke fase lainnya, agar engkau bisa memakanku dengan enak dan engkau pun kenyang, bukankah lebih baik bagimu untuk mengucapkan:
الحمد لله الذى اطعمني و سقاني وجعلني من المسلمين
Segala puji untuk Allah yang telah memberikan makan aku memberikan minum aku dan menjadikan aku golongan orang-orang muslim.